Empat Hari Menuju Pernikahan

Kakak saya akan menikah. Saya pulang untuk membantunya membereskan rumah

Fariduddin Aththar AM
3 min readJul 19, 2022
Photo by Belinda Fewings on Unsplash

Tapi kakak kedua sayalah yang menjadi bosnya.

Ia belum punya pekerjaan, hari-harinya diisi dengan pekerjaan-pekerjaan rumah, bahkan hingga malam hari. Ia sempat bekerja di salah satu kantin milik keluarga, namun Umik menyuruhnya pulang karena pekerjaannya yang masih bisa dilakukan oleh orang lain, yang tidak lain adalah kerabat sendiri juga.

Untuk itu, saya membantunya membersihkan rumah: memindahkan barang-barang di lantai pertama ke lantai dua, mengosongkan gudang (yang aslinya adalah musholla namun berubah fungsi seiring waktu), lalu memindahkan barang-barang ke lantai dua ke rooftop di lantai tiga. Tempat itu kosong, tidak hanya karena memang dilarang ke sana oleh kakak kedua, tetapi juga lantainya yang rusak.

Abi meminta saya untuk membantu menyusun rundown acara, merinci apa saja kegiatannya, menghitung alokasi waktu hingga menulis orang-orang yang bertanggung jawab atas setiap kegiatan. Abi tentu saja akan menjadi wali untuk akad nikah nanti, tetapi kita butuh orang-orang lain dari kerabat hingga kenalan untuk agenda lainnya.

Untuk tilawah, khutbah nikah, dan doa setelah akad, misalnya. Saudara-saudara Umik dan Abi diminta untuk menjadi saksi, dan Ustadz Najmuddin yang menerima setoran qur’an saya di RTMA DAQU Malang akan didapuk untuk acara tilawah dan doanya. Sebelumnya saya mengajukan nama beliau untuk khutbah, karena beliau sudah menikah dan beranak dua, tapi Umik menilainya masih terlalu muda. Lagipula, Umik juga tidak mengajukan nama, hanya menolaknya saja.

Dan itulah problema orang-orang tua: mereka sudah menolak dahulu tanpa memberikan solusi.

Lusa, tepat di hari ulang tahun saya — 21 Juli, akan diadakan pengajian di rumah. Umik sudah membeli bahan-bahan makanan dari Pasar Porong dan mengundang beberapa ibu-ibu tetangga yang diminta membantu memasakkan. Saya baru dari Malang namun sudah diajak ke pasar, padahal kemarinnya, di waktu serupa, saya masih menikmati wahana-wahana di Jatim Park 1.

Dan setidaknya hal itu sudah memenuhi harapan saya untuk pergi ke sana di hari ulang tahun. Catatan ini adalah bagian dari freewriting, dan hadiah ulang tahun saya sudah terlalu banyak: buku-buku baru, toko-toko buku bagus, dan cafe-cafe penuh bahan bacaan. Saya akan mengunjungi tempat-tempat itu setelah agenda pernikahan ini selesai. Kakak saya juga sepertinya akan pindah ke kontrakan calon suaminya di bulan Agustus.

Membersihkan rumah juga bukan hal mudah. Di dalam hati, saya menyesalkan keputisan kakak pertama saya yang memilih mengadakan pernikahan (akad sekaligus resepsi) di rumah. Padahal, menyewa gedung kecil seperti aula bukanlah masalah biaya. Hanya tidak ada WO saja. Konsekuensinya adalah kerumitan. Saya musti pulang untuk membantu keluarga mengurainya.

Tapi, secara keseluruhan, saya bersyukur kakak saya menikah. Ini artinya kehidupan keluarga kami mulai berubah setelah dia lulus S2 tahun lalu, begitu pula memendam takdir cintanya yang mengenaskan di 2020. Saya sangat berharap dengan hadirnya keponakan. Meskipun terkesan kurang ajar, harapan saya tentunya berniat baik. Saya sama sekali tidak ada niat buruk.

Mungkin hanya itu keluh-kesah saya. Seperti biasa, saya masih bersyukur atas kehidupan dan jalan-jalannya yang tak terduga.

--

--