8 Film Animasi Pendek Favorit

Dari ajang CRAFT Animfest 2023

Fariduddin Aththar AM
4 min readNov 5, 2023
Poster Festival (Sumber: Instagram Resmi CRAFT Animfest)

Salah satu nasihat yang disampaikan dalam kelas-kelas kritik film yang saya hadiri adalah agar menonton film dengan berbagai macam bentuk dan gaya tutur untuk melatih kepekaan sebelum menulis. Tertantang dengan upaya itu, saya kemudian mendaftarkan diri untuk hadir selama empat hari pertama di CRAFT International Animation Festival 2023 yang diselenggarakan di gedung Malang Creative Center, Jawa Timur.

Dalam enam hari, festival animasi ini menyelenggarakan screening setidaknya dalam lima kategori: International Competition, Digital Panorama (non-competition), Southeast Asian Competition, Shorts for Kids, SEA for Kids, dan sebuah screening film-feature bekerjasama dengan Institute Francais Indonesia berjudul The Crossing (La Traverse). Agenda untuk anak-anak tidak saya hadiri, sedangkan saya juga melewatkan film-film kompetisi dari Asia Tenggara karena jadwal yang tidak memadai.

Selama empat hari itu, saya kemudian menonton puluhan film pendek animasi dengan berbagai bentuk artistik. Berikut adalah daftar favorit dari film-film yang saya tonton.

All is Lost oleh Carla Pereira dan Juanfran Jacinto (Spanyol, 7 menit)

All is Lost tampak realis, meskipun gayanya yang “berlebihan” cukup komedik: ditandai dengan sosok bapak yang bungkuk hampir 90 derajat dan sang ibu yang perutnya malah maju seperti lensa cembung. Telur dalam animasi ini sinonim untuk embrio bayi dan makanan sehari-hari, sehingga ketika sang ibu mengatakan bahwa telurnya hampir habis, sang bapak menyarankan agar salah satu disisakan untuk menjadi anak laki-laki. Keganjilan konsep itu dihadirkan bersamaan dengan anak perempuan mereka yang memiliki bisul namun ternyata berisikan tikus. Ketika dioperasi, dokter tempat mereka berkonsultasi malah mengatakan penyebabnya karena terlalu sering menonton TV. Hahahah. Apasih.

CRAB oleh Piotr Chmielewski (Polandia dan Prancis, 8 menit 42 detik)

CRAB mengikuti kehidupan seekor kepiting di sebuah akuarium yang hendak dimasak oleh pemiliknya, namun dengan sekuat tenaga keluar dan kabur dengan kekuatan mistisnya yang, tidak hanya mampu mengguncang panci tempatnya dimasak, tetapi juga seluruh kapal hingga ia bisa keluar dan masuk lagi dalam sebuah kaleng agar merasa aman.

Curiosa oleh Tessa Moult-Milewska (Polandia, 9 menit 30 detik)

Poster Curiosa sebagai Juara Kategori Best Student Movie

Curiosa menyabet Strong Craft Basis Award for the Best Student Movie dalam penyelenggaraan CRAFT Animfest tahun ini. Premisnya mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Mary yang masuk dalam kehidupan seorang lelaki dan berniat mengenalnya lebih dalam. Sayang, kamar lelaki itu kosong melompong dan tak ada barang apapun untuk membuat koneksi. Hingga akhirnya lelaki itu berbalik dan di belakang kepalanya, sebuah pintu kecil terbuka sehingga Mary bisa masuk dan mengajukan pertanyaan. Sayang, ketika hendak keluar, ia malah membuka tabir yang sebenarnya hendak ditutup: bahwa lelaki itu gamon, banyak kenangan mantannya masih tersimpan, dan nama-nama perempuan di masa lalunya begitu mudah diceritakan. Sebagaimana judulnya, Mary yang penasaran malah terhempas ombak oversharing yang tak ia sangka.

Davey’s Lullaby oleh Adam Deyoe (AS, 9 menit 29 detik)

Davey’s Lullaby mengisahkan seorang lelaki paruh baya penderita Down Syndrome yang musti dibantu oleh sang nenek untuk makan dan kembali tidur dalam kesehariannya. Hingga akhirnya ia musti bangun sendiri dan memasak untuk sang nenek, dan menyadari bahwa neneknya wafat dan tak bisa lagi menolongnya. Bahkan ketika ia dibawa ke rumah sakit, perawat yang membantunya juga tak tahu Davey akan dibawa ke mana selanjutnya.

Deadline oleh Idan Gilboa (Israel, 12 menit 49 detik)

Deadline adalah film yang menceritakan seorang nenek yang kesulitan ke klinik karena orang-orang apatis terhadapnya: satpam tidak ramah, seorang lelaki menyerobot antrian, hingga antrian panjang untuk menemui dokter. Untunglah seorang perempuan tua lain menemaninya merajut hingga nomor antriannya muncul. Masuk ke ruangan dokter, ia malah melihat malaikat pencabut nyawa dan berhasil menemukan cara untuk menunda kematiannya: membunuh orang lain. Maka dimulailah petualangannya kabur dari kejaran polisi dan malaikat pencabut nyawa.

DOT oleh Muhammad Zare (Republik Islam Iran, 8 menit 12 detik)

DOT dikatakan berlatar tidak jauh dari masa kini, yaitu masa di mana orang-orang menjadi bungkuk hingga layar-layar iklan menjadi jalan seiring kepala yang menghadap bawah. Dalam situasi itu, seorang pemuda tanpa sengaja terjatuh di sebuah lubang dan bisa dengan sungguh-sungguh menatap burung-burung terbang di langit biru: ia selama ini hanya melihat mereka dalam pantulan layar. Maka, sepulangnya ke rumah, ia segera menggali sebuah lubang dan kali ini dengan sengaja menjatuhkan diri ke dalamnya. Ia ingin menikmati lagi pengalaman itu.

Ice Merchants oleh Joao Gonzalez (Portugal, 14 menit)

Ice Merchants bergelantungan antara realis dan tidak, sebagaimana anak lelaki dalam film ini yang hanya bermain-main dengan ayunan di rumahnya: yang berada di dinding bukit curam dan bergantung pada rantai-rantai berpaku besi. Sang ayah akan memanggil anaknya dengan lonceng, lalu memintanya mengumpulkan es dari kotak air yang ditinggalkan semalaman, lalu melompat terbang ke kota untuk menjual esnya. Begitu terus menerus sembari, dalam perjalanan mereka, melemparkan topi yang mereka pakai. Maka, ketika rumah mereka hendak runtuh ketika musim panas datang, kedua ayah-anak itu melompat lagi, namun tanpa parasut dan mendarat di atas tumpukan topi yang mereka buang selama ini.

Magnified City oleh Isaku Kaneko (Jepang, 11 menit 34 detik)

Magnified City mengambil karakter manusia kaca pembesar yang setiap kali melihat suatu barang, maka barang itu akan terbakar. Ia pun ditakuti-takuti oleh sekelompok manusia proyektor yang menggiringnya pada suatu teater di puncak bukit, sebelum akhirnya ditangkap dan dijadikan alat untuk membesarkan proyeksi kota masa lalu kelompok itu di daratan seberang. Tanpa sengaja, manusia kaca pembesar itu meninggalkan jejak api di ruang depan yang membakar seluruh teater sekaligus menyelamatkannya dari manusia-manusia proyektor.

Setidaknya delapan film itu, ditambah dengan La Traverse menjadi sembilan, adalah film-film yang cukup memberikan impresi baik dan cukup jernih untuk dipahami. Kalau hadir di OTT atau di festival animasi lain, kalian bisa memasukkannya dalam watching list. Selamat Menikmati!

--

--